Senin, 26 Mei 2008

The Big Mac Index


Mungkin agak sedikit mengherankan kenapa harus digunakan Big Mac. Alasannya adalah karena ketersediaan Big Mac di seluruh dunia. Big Mac sendiri merupakan suatu standar yang digunakan dalam melakukan penghitungan PPP.


Seperti pada posting blog sebelumnya sudah dibahas mengenai Teori PPP. Kesimpulannya adalah bahwa PPP mengasumsikan besarnya cost living adalah sama di semua Negara. Karena nominal exchange rate seharusnya sama dengan rasio dari harga dan real exchange rate, yang nilainya seharusnya sama dengan 1 atau 100%. Sebagai konsekuensinya, maka bila suatu Negara mengalami tingkat inflasi yang tinggi maka seharusnya mata uangnya terdepresiasi. Dalam jangka panjang, teorinya PPP akan lebih valid, namun dalam jangka pendek tingkat validitasnya akan jadi lebih terbatas.


The Big Mac Index diperkenalkan pertama kali oleh majalah The Economist. The Big Mac Index atau The Hamburger Standard adalah bentuk popular dari teori PPP. PPP menggagas bahwa harus dibandingkan dengan komoditas yang identik (apple to apple comparative) yang harus dijual pada tingkat harga yang sama dimanapun komoditas tersebut berada. The Economist kemudian menggunakan rasio dari harga domestic Big Mac di Negara yang berbeda untuk melakukan estimasi nilai tukar dari PPP.


Sebagai gambarannya adalah:

Jika Big Mac dihargai sebesar US $ 1 di US, sedangkan di Australia dijual seharga AUS$ 3, implikasinya adalah Big Mac exchange ratenya adalah sebesar AUS$ 3 : US$ 1. Jika actual exchange ratenya adalah AUS$ 2 : US$ 1, kemudian dapat diartikan bahwa AUS$ dinilai overvalued. Artinya bahwa Big Mac yang dijual di Australia lebih mahal daripada Big Mac yang di jual di US.


Tapi untuk kasus di Indonesia agak spesifik Big Mac price yang digunakan adalah hanya ada di dua tempat yaitu Big Mac yang dijual di Mc Donalds Airport Soekarno-Hatta, dan Mc Donalds Bali. Sebab hanya ditempat-tempat tesebut digunakan International Selling Price oleh Mc Donalds Indonesia. Sedangkan outlet-outlet penjualan Mc Donalds lainnya di Indonesia menjual seluruh produknya dengan harga subsidi.


Berikut ini adalah The Hamburger Standard, yang menunjukkan actual exchange rate dan The Big Mac PPP exchange rates pada January 2003, dan implikasinya terhadap over atau undervaluation matauangnya.


Dicuplik dari The Economist, 16 Januari 2003


The Hamburger Standard

On January 15, 2003

Country

Big Mac Price in local Currency

In U.S. $

Actual Exchange Rate

1 USD =

Over (+) or Under (-) Valuation against the Dollar, %

Purchasing Power Price

U.S.

$ 2.65

2.65

$1.00

Australia

A$ 3.20

2.46

$1.30

-12.16

1.14

Indonesia

Rp 16,155

1.92

$8,414.06

-27.64

6,096

Malaysia

M$ 5.10

1.34

$3.81

-49.58

1.92

China

Yuan 9.95

1.20

$8.29

-54.75

3.75

Sweden

Skr 30.0

4.13

$7.26

55.84

11.32

Switzerland

SFr 6.35

5.11

$1.24

93.08

2.4


Bila kita menggunakan Big Mac rates sebagai acuan untuk mengukur PPP, maka matauang Australia, Indonesia, Malaysia, dan China memiliki kecenderungan untuk mengalami undervalued. Sedangkan untuk Swedish Krona, dan Swiss Franc memiliki kecenderungan untuk overvalued. Dari gambaran ini ditemukan bahwa PPP dari dua mata uang tersebut akan kecil kemungkinannya terdepresiasi.


Selain itu, dari kekurangan teori ini seperti dijelaskan di atas, The Big Mac Index juga mempunyai masalah lain yang dapat menyebabkan kesalahan besar dalam penghitungan PPP. Pertama, Big Mac harusnya menganut “law of one price” daripada konsep yang dikemukakan oleh PPP. Kedua, Big Mac mungkin sama namanya, akan tetapi mereka berbeda karena tidak dapat diperdagangkan, Big Mac yang dijual di London adalah komoditas yang berbeda dengan Big Mac yang diimpor dari China. Ketiga, Big Mac tidak identik produknya. Misalnya Big Mac yang dijual di Jepang merefleskikan dari harga sewa dari retail outletnya di Tokyo ditambah dengan berbagai biaya-biaya seperti biaya tenaga kerja local dan pajak tak langsung yang dikenakan. Hal ini juga membuat Big Mac yang dijual di Manila berbeda dengan di Tokyo. Untuk beberapa alasan ini, maka kemudian harga Big Mac di Rusia mungkin akan selalu lebih murah daripada yang dijual di Copenhagen walaupun harus tanpa adanya dampak dari nilai tukar ruble-krona.

Tidak ada komentar: