Capital market seringkali menjadi tujuan perusahaan untuk mencari pendanaan yang dibutuhkan. Karena dana yang dihimpun dari public tersebut, seringkali terjadi benturan kepentingan antara manajemen dan investor. Yang sering kali menjadi pertanyaan bagi manajemen adalah “What should we have been done to maximize the value of shareholder investment?”
Bila yang harus dilakukan adalah memuaskan keinginan investor, akan terjadi benturan kepentingan antara apakah uang tersebut harus digunakan untuk melakukan pembayaran dividen atau untuk tujuan melakukan perluasan usaha dan tujuan lainnya yang berhubungan dengan kemajuan perusahaan di masa yang akan datang.
Mungkin beberapa teori berikut ini dapat digunakan untuk menjadi pertimbangan di dalam menentukan “Dividend Policies” atau “Dividend Payout Ratio” untuk mendapatkan Optimal dividend policies, adalah:
Ada tiga teori yang mendasari penentuan “Dividend Policies” misalnya:
1. Dividend Irrelevance Theory
Teori ini mengemukakan mengenai value additivity principles, yaitu dengan adanya dividend policies yang ditetapkan oleh manajemen tidak akan mengakibatkan penurunan harga saham perusahaan. Dengan alasan adalah karena investor dalam berinvestasi tidak hanya sekedar untuk mendapatkan dividend, akan tetapi juga untuk tujuan mendapatkan capital gain.
2. Bird in hand
Teori ini mengemukakan mengenai kepentingan investor yang lebih mementingkan untuk menerima dividend, daripada diterimanya capital gain. Jadi manajemen harus memaksimalisasikan capital gain nya agar supaya investor semakin bergairah untuk menanamkan investasinya pada saham-saham perusahaan.
3. Signaling and Client Segmentation
Teori ini mengemukakan mengenai perubahan dividen policy merupakan sinyalemen dari kondisi kesehatan keseluruhan yang ada di dalam intern perusahaan. Kenaikan dividend artinya perusahaan berkinerja dengan sangat baik, akan tetapi juga sebaliknya. Bila terjadi penurunan dividend yang dibagikan perusahaan merupakan sinyalemen bahwa kondisi kesehatan perusahaan dalam keadaan yang menurun. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak hal misalnya saja kinerja manajemen yang buruk, terjadinya inefisiensi penggunaan sumber daya perusahaan, dll. Sedangkan Client Segmentation adalah teori yang mengemukakan mengenai persepsi masyarakat atas investasi yang mereka lakukan terhadap perusahaan itu sendiri, jika perusahaan berada pada posisi high risk investment, small capitalization, dan growth stock adalah bahwa investor dari saham-saham perusahaan ini sangat mengharapkan return yang juga tinggi sesuai dengan aturan mengenai hubungan risk and return dalam investasi. Mereka cendrung untuk mengharapkan return yang tinggi dari capital gain contohnya. Sedangkan bagi investor-investor pada saham-saham blue chips sebaliknya. Mereka sangat mengagungkan stabilitas dividend. Contoh menarik misalnya adalah pada sector industry telekomunikasi. Sebagian besar perusahaan ini adalah merupakan saham blue chips. Investasi yang dilakukan perusahaan adalah investasi dengan high risk, maka perusahaan tidak dapat menjanjikan besarnya jumlah dividend yang dapat dibagikan perusahaan lebih mengutamakan untuk terus melakukan inovasi baru untuk menjadi market leader di industrinya. Karena karakteristik industry ini adalah industry yang padat modal, dan padat teknologi berbiaya sangat mahal, maka perusahaan tidak pernah membagikan dividend dalam umlah besar, namun perusahaan mereka tetap saja berada dalam deretan perusahaan bersaham blue chips.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar