Sabtu, 31 Mei 2008

Friend and the City

Mungkin untuk teman2 yang tinggal di Jakarta pasti tau acara ini. Acara ini disiarkan oleh anak perusahaannya SCTV, yaitu O Channel. Setiap Kamis malam, jam 21.30. Host acaranya mas Alex (Alexander Sriewidjono), seorang psikolog. Tadi malam siey bintang tamunya adalah mas Enrico Soekarno, seorang pelukis, alirannya adalah abstrak. Mungkin buat yang suka nonton infotaiment lebih tau dia sebagai mantan pacar Titi Dj, sekarang suami dari Kasih, seorang model ibukota.


Di acara ini dia cerita bagaimana dia mengajak orang untuk melawan pemimpin yang dzalim melalui apa yang dia kuasai. Yaitu lukisan. Menarik bukan??? Gw sebagai orang awam yang gak ngerti seni rupa mungkin bingung maksudnya apa. Tapi setelah dia menjelaskan beberapa tema dari lukisannya, kenapa dia melukis itu gw jadi berpikir, oooh benar juga. Walaupun gw gak bisa lihat teralu detail lihat lukisannya, karena bukan ngelihatnya di pameran lukisan tapi kereeen lho. Ada beberapa lukisan in drawing yang Cuma dengan dua warna. HITAM dan PUTIH, seperti kehidupan katanya. Diantaranya lukisan seorang biksu Budha di Tibet yang berjuang melawan kekerasan yang dilakukan oleh Pemerintah China judulnya "TIBET DI OTAK" kalo gak salah..., berikutnya ada gambar tengkorak yang sebenarnya terdiri dari dua genderang. Ini bercerita tentang Aceh, ada dua sisi dengan tengkorak di tengahnya. Di sisi sebelah ada sekumpulan militer yang sedang berdoa, di sisi yang lain ada sekumpulan ibu2 yang ditinggal meninggal oleh suaminya juga sedang berdoa, mereka adalah korban konflik rakyat Aceh dan pemerintah. Nah tengkorak itu menggunakan baret yang penuh dengan tengkorak, dan guess what, baret itu berbintang 5. Yah, mungkin teman2 tau siapa yang dimaksudkan. Judul lukisan itu “Dusun Janda”, mmmh miris dan tragis, tapi memang itu yang terjadi selama konflik Aceh. Yang gw inget Cuma itu (Sorry guys… I’m a really forgetful person, you know it!!! And Don't you know that I have remember difficulties!!!).


Ada hal penting yang mungkin menginspirasi gw… Bahwa suatu pergerakan menuju demokrasi itu bagaikan virus. Sangat cepat menyebar, dan menginspirasi. Seperti apa yang terjadi pasca runtuhnya Soeharto, mahasiswa membuktikan mampu menumbangkan kekuasaan itu. Kemudian menginspirasi kaum muda di Malaysia, yang kemudian dengan munculnya nama Anwar Ibrahim sebagai tokohnya. Atau di Myanmar dengan Aung San Suu Kyi melawan junta militer, dan di Tibet dengan dalai Lama melawan pemerintah China, atau Taiwan. Yang mereka inginkan sebenarnya kan bukan pisah dari Negara tersebut, tapi dibukanya pintu demokrasi, kebebasan berserikat, berpendapat, dan bertindak. Artinya kemerdekaan dalam artian merdeka yang bertanggung jawab. Namun karena proses dan keadaan, kemudian yang terjadi justru sesuatu yang dianggap pemberontakan oleh pihak penguasa.


Pada kasus Tibet misalnya, mas Enrico bercerita bahwa pertama kali ke Tibet tahun 2003, dan melihat dengan mata kepala sendiri kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah China. Tahun 2006, malah dia sempat ketemu dengan Dalai Lama, yang menurut pengakuannya sangat sederhana dan down to earth banget. Setelah yang dilakukan oleh pemerintah China kepada orang2 Tibet beberapa waktu lalu, mengakibatkan terjadinya demo besar2an di hampir semua Negara di Dunia. Termasuk Indonesia, pada tanggal 31 Maret 2008. Mungkin teman2 masih ingat api Olimpiade aja sampai gak jadi dibawa keliling Jakarta, karena ketakutan akan terjadi demo seperti pada saat api Olimpiade tersebut mampir di beberapa Negara. Misalnya Jepang dan Korea. Suatu ketakutan besar pemerintah China terhadap aksi terorisme, dan pemboikotan juga terjadi. Oleh karena itu maka semua aparat militer di China sangat berjaga2.


Selain itu ada dua crew Fnd’C yang sama2 semacam rally kali yah titik startnya dari Blok M – SenCi. Satu reporter pake mobil dan yang satu lagi pake taksi. Trus di compare mana yang lebih hemat. Dengan jarak sekitar 5 km Blok M – SenCi butuh bensin ≤ 1 liter untuk yang naik mobil pribadi, dan tariff argometer taksi sebesar 9.500 rupiah untuk yang naik taksi. Mas Alex siey menyimpulkan bahwa ternyata dengan kenaikan BBM tetap naik kendaraan pribadi lebih murah. Tau apa yang dijawab mas Enrico “Well itu pendapat yang aku gak setuju. Menurutku dua2nya gak ada yang menguntungkan. Mungkin hanya untuk jangka pendek. Harusnya kita berpikir bahwa naik kendaraan saja yang berbahan bakar gas, yang lebih tidak menyebabkan polusi, ingat bahwa ini bukan masalah saat ini. Tapi masalah bumi yang memanas karena paradigm itu. Ini mulai dari diri kita, kalau ingin melihat generasi mendatang lebih baik dari kita. Lets Action!!!” Woooooooow… Menurut gw sebuah SMART ANSWER, dari jawaban itu gw melihat bahwa mas Enrico bukan seorang biasa, tapi seorang yang smart, dan peduli pada keadaan. Misalnya masalah demokrasi, HAM, bahkan masalah lingkungan, seperti Global Warming.

Tidak ada komentar: