Rabu, 28 Mei 2008

Kredit Pemilikan Rumah, YES or NO???

Beberapa dari klien saya agak bingung dalam merencanakan keuangannya. Beberapa dari mereka ingin berinvestasi. Padahal pendapatan yang mereka terima hanya cukup untuk “KEBUTUHAN SEHARI-HARI” saja. Alias menjadi besar pasak daripada tiang. Apa yang salah dengan hal ini??? Jawaban saya “RENCANA, GOODWILL dan EKSEKUSINYA”. Apakah sesederhana itu??? Pasti itu yang menjadi pertanyaan berikutnya.


Padahal secara nominal dengan usia yang relative masih muda 29 tahun, dengan istri bekerja, dan satu anak harusnya pendapatan yang diterimanya lebih dari cukup. Ilustrasinya sebagai berikut:


A dan B adalah pasangan suami istri bekerja, dengan satu anak balita. Dengan joint income sebesar Rp 12,5 juta (Take Home Pay, Net After Income Tax). Kebutuhan bulanan rumah tangga perbulannya sebesar Rp 2,5 juta. Cicilan rumah sebesar Rp 5jt, cicilan mobil Rp 4,7jt, uang sekolah anak (preschool) Rp 1,2jt, cicilan kartu kredit Rp 1 jt. Maka total pengeluarannya setiap bulannya pasangan sebesar Rp 14,4jt. Padahal penghasilannya hanya Rp 12,5 juta. Artinya ada kekurangan uang sebesar Rp 1,9 juta.


Setelah saya lakukan analisa dari klien ini ternyata dengan penghasilannya yang sebesar Rp 12,5 juta harusnya mereka tidak akan deficit Rp 1,9 juta. Tapi kesalahan yang mereka lakukan sebenarnya adalah jumlah pinjaman atau kredit yang mereka ambil yang besarnya sejumlah Rp 10,7 juta yang memakan porsi sebesar 85,6% dari total penghasilan mereka. Seharusnya maksimal total jumlah pinjaman, atau kredit yang mereka ambil adalah sebesar Rp 3,75 juta atau maksimal 30% dari total penghasilan. Sehingga mereka bisa menyisihkan uangnya untuk hal-hal yang lebih produktif. Misalnya saving pada risk free assets (tabungan dan deposito), atau dana darurat.


Dana darurat sendiri optimalnya adalah sebesar 25% dari penghasilan, atau sebesar Rp 3,125 juta. Perlu diperhatikan bahwa bila dalam satu bulan dana darurat anda tidak digunakan, maka anda harus menempatkannya pada tabungan terpisah. Setelah setahun, misalnya dana darurat tersebut tidak digunakan, atau tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan maka pada bulan ke 12 jumlahnya akan menjadi sekitar Rp 37,513076 juta setelah dilakukan penghitungan majemuk. Suatu jumlah yang sangat besar bukan??!!!!!


Bila kita melakukan kalkulasi lagi atas klien saya tersebut maka anggaran keuangan rumah tangganya menjadi:


Penghasilan bulanan


12.500.000

Pengeluaran bulanan:



(-/-) Kebutuhan rumah tangga (makan, listrik, air, Koran, telpon, gaji pekerja rumah tangga, iuran kebersihan dan keamanan lingkungan)

(2.500.000)


(-/-) Biaya SPP

(1.200.000)


(-/-) Cicilan Kredit (Rumah, Mobil, & Kartu Kredit)

(3.750.000)


Jumlah Pengeluaran Bulanan


10.575.000

Penghasilan bulanan yang tersisa


1.925.000


Dari recast anggaran keuangan rumah tangga klien A tersebut kesimpulannya adalah bahwa kesalahan yang dibuat oleh klien A tersebut adalah besarnya jumlah cicilan yang diambil, menurut pendapat saya klien A harus memilih diantara 3 jenis cicilan atau kredit yang paling penting yang akan terus dilunasi. Atau melakukan renegosiasi ulang kreditnya kepada kreditur. Pada kasus klien A ini, ia memutuskan untuk melakukan renegosiasi pembayaran cicilan rumah dengan penambahan uang muka, melakukan alih cicilan mobil, dan melakukan pembayaran 75% hutang kartu kreditnya. Dari pengalihan cicilan mobil ini uangnya kemudian digunakan untuk penambahan uang muka cicilan rumah dan pembayaran hutang kartu kredit. Yang saya sarankan kepada pasangan A adalah apabila mereka berniat untuk mengambil Kredit Pemilikan Mobil kembali adalah dengan beberapa syarat, diantaranya:


1. Adanya peningkatan pendapatan paling tidak sebesar 40% dari penghasilan saat ini atau sebesar Rp 5 juta atau menjadi Rp 17,5 juta.


2. Pada saat lunasnya seluruh hutang kartu kredit.


3. Pada saat lunasnya seluruh cicilan rumah.


4. Paling tidak tersedia 70% kas keras dari harga mobil tersebut yang dianggarkan untuk pembayaran mobil tersebut. Sisanya 30% dapat dicicil untuk jangka waktu 3 tahun.


Setelah seluruh yang saya sarankan dilakukan maka ada sisa pendapatan bulanan sebesar Rp 1,925 juta. Uang ini dapat digunakan untuk berinvestasi. Yang saya sarankan adalah investasi dengan resiko rendah untuk pemula, misalnya saja investasi pada reksadana pendapatan tetap, karena selain sangat mudah nominal awal yang harus disetorkan kepada Manajer Investasi hanya sebesar Rp 1 juta. Dengan pengenaan biaya administrasi, jasa MI, dll yang sangat ringan. Dengan fleksibilitas yang tinggi, investor dapat menyetorkan uangnya kapanpun. Imbal hasil yang diterima investor pada reksadana pendapatan tetap ini didasarkan atas NAB atau Nilai Aktiva Bersih dari portfolio yang dibuat oleh MI atas dana kelolaannya.


Tidak ada komentar: