Sabtu, 24 Mei 2008

Inovasi Sampah Rumah Tangga jadi Biomass, Sebuah Energi Alternatif di Masa Depan



Foto Pertama adalah Pak Irwan, owner dari Mittran Solusi Sampah.

Dan Foto Kedua di atas adalah biomass hasil dari pengolahan sampah rumah tangga. Kadar kalorinya lebih besar dari Batubara.


Sorry flownya tulisannya agak ngaco niey…


Gw sebenarnya udah pengen tidur, tapi herannya belum juga ngantuk. Padahal udah hampir 01.30 pagi. Inilah yang terjadi pasca gak ada kuliah lagi. Agak2 ngalong. Padahal dulu waktu masih kuliah, paling telat jam 23.00 gw harus udah tidur. Dan bangun 05.30, cukup lha yaa istirahatnya enam setengah jam. Kadang kalau cape banget bisa juga tidur lebih cepat. Semua sangat teratur. Kecuali menjelang ujian, kalau harus bikin summary gw bisa ngebela2in jam 01.00 atau jam 02.00 bangun dan belajar sampai pagi sebelum berangkat. Tapi kalau udah cape bangeet, bisa juga kebablasan sampai pagi. Akhirnya hanya gw baca cepat aja, dengan mengandalkan index kalau ujiannya open book. Kalau closed book pastinya gw berdoa, dan berharap semua yang ada diingatan gw bisa diandalkan. Kalau gak… pastinya tinggal pasrah aja.


Anyway mo ngomong apalagi yah… Mulai dari inflasi aja deh… perkiraan gw inflasi bulan Mei dan Juni ini sekitar 12-13,5%, trus bulan depan tanggal 4 sepertinya BI di bawah pemimpin barunya Boediono akan menaikkan BI rate sekitar 6,25 – 6,50% artinya bunga pinjaman juga akan naik, akhir2nya pastilah ngeberatin rakyat lagi. Yang paling berat untuk orang2 yang ngambil kredit rumah (KPR), saat real incomenya turun karena kenaikan BBM, dan barang2 konsumsi dasar juga naik harganya. Gak ada pilihan lain bahwa mereka akan pasti mengurangi konsumsinya. Gawatnya kalau yang dikurangi adalah konsumsi untuk gizi keluarga. Gw gak tau deh apa yang terjadi 15-20 tahun yang akan datang. Apalagi akhir2 ini yang gw tau pasca orba program posyandu kayak mati suri. Padahal itu system lapis pertama untuk kesehatan. Kenaikan BBM ini lebih lanjut kemudian menyebabkan terjadinya PHK di pabrik2. Lagi2 kan namanya memarjinalisasikan rakyat. Hitung aja yah berapa banyak yang harus kehilangan sumber pendapatannya kalau tiap pekerja menanggung rata2 5 orang aja. Artinya banyak resiko yang harus ditanggung Negara, berapa angka putus sekolah, berapa angka kurang gizi, berapa angka pengangguran, berapa angka harapan hidup… teralu banyak yang dikorbankan. Mungkin itu yang aka nada di mata kita semua. Kemiskinan lha yang jelas2 bisa diomongin.


Mungkin awalnya semua karena salah ngurus Negara. Presiden sibuuuk banget sama urusan yang gak penting, menurut gw… Penting gak siey untuk dia nonton ayat2 cinta dan bilang kalau dia terharu. Please rakyat itu gak bodoh… pake rombongan lagi sekeluarga. Apa susahnya nonton aja di istana pake DVD. Buang2 uang juga lho… itung aja berapa banyak pengawalnya yang ikut. Daripada gitu kan mendingan mikir gimana yah caranya solusi untuk ngatasin harga minyak mentah dunia yang terus naik. Apakah itu mendatangi orang2 yang ternyata mampu mengembangkan sumber energy alternative, menyediakan teknologinya dengan nunjuk menteri riset dan teknologi untuk teknisnya gimana supaya sumber energy itu bisa dibuat jadi mass production. Bukan Cuma lip service doang kayak gerakan hemat energy yang udah ada aturannya sendiri dibuat oleh presiden, eh malah mungkin dia yang gak ngelakuin. Minjam istilahnya Putra Nababan siey Negara ini miskin contoh.

Gw pernah mendatangi suatu tempat di daerah Jati Sampurna, Pondok Gede. Dekat rumah perubahan nya pak Rhenald Kasali (Mr.RK), gw kagum banget sama pak Irwan. Lulusan FEUI juga, terpikir untuk mengembangkan usaha yang seperti ini. Selain ramah lingkungan, memberdayakan masyarakat, tapi juga ada economic value added. Itu penting banget karena transformasi pembangunan ekonomi itu kan sebenarnya ada tiga tahapan. Yaitu : pembangunan dengan investasi yang padat karya, berikutnya pembangunan dengan investasi yang padat modal, akhirnya pembangunan yang padat kreasi atau istilahnya tuh creativity economy, membangun economic value added. Yang kayak gini seharusnya yang dikembangkan oleh pemerintah. Gw sempat bertanya sama Pak Rhenald “Pak, kalau kita tau ada cara seperti ini yang biayanya murah, memberdayakan masyarakat, bisa menghasilkan uang juga lagi, kenapa gak kita tawarkan konsep ini untuk di gunakan dalam lingkungan UI aja deh dulu sebagai pilot project. Kan kalau sukses ini bisa banget jadi semacam program CSR-nya UI kepada masyarakat sekitar kampus. Apalagi di kampus Depok sampah itu jadi masalah besar lho???!!!!” tau apa jawaban Mr. RK “Itu dia masalahnya, para pimpinan itu sudah antipati aja.” Gw pikir mungkin yang terjadi dengan negeri ini yah sama saja. Udah di atas, lupa kalau dia masih di bumi bukan udah di surga. Oooh yah… untuk teman2 yang mau lihat tempatnya pak Irwan bisa akses di www.solusisampah.com (Mittran Solusi Sampah). Great idea kan. Ini ada beberapa foto2nya waktu kita ke sana. Selain itu juga ada kebun jarak pagar, yang akhir2 ini kita tau bisa jadi bahan dasar pembuatan biodiesel.


Di bawah ini ada kutipan dari tulisan hasil bimbingan mentoring kita ke Mittran:

Laporan Kunjungan Tim Mentoring Bapak Rhenald Kasali Ph. D

Lokasi kunjungan : Tempat pemrosesan sampah rumah tangga Mittran di Jati Sampurna, Pondok Gede, Bekasi.

Waktu kunjungan : Jumat, 3 Agustus 2007

Kunjungan tim mentoring kelompok kami ke tempat pemrosesan sampah Mittran (http://www.solusisampah.com) diawali dari perkenalan dan pendahuluan pembekalan oleh Bapak Rhenald Kasali Ph. D selaku mentor dari tim program mentoring kelompok kami.

Hasil kunjungan dari tim kami ke tempat pemrosesan sampah Mittran adalah bahwa dengan penanganan yang baik maka sampah rumah tangga dapat sangat berguna bukan hanya sebagai kompos yang selama ini banyak kita ketahui tapi juga sebagai bahan bakar alternative biomass, yang ternyata kadar energinya lebih tinggi dari batu bara. Perlu diketahui juga bahwa berdasarkan yang kami alami bahwa ternyata sampah rumah tangga yang selama ini kita pikir akan berbau ternyata tidak. Hal ini merupakan suatu yang menarik karena paling tidak kita bisa mengurangi pencemaran yaitu pencemaran udara (dari bau yang dihasilkan oleh aroma busuk sampah tersebut), dan pencemaran air dan tanah ( dari dibutuhkannya tempat penampungan sampah yang dalam jangka waktu panjang akan mencemari tidak hanya tanah yang menjadi lokasi penampungan sampah tersebut tetapi juga pencemaran terhadap kandungan air tanah di sekitar lokasi tempat penampungan sampah itu). Paling penting dari semua ini adalah dengan memaksimalisasi pemrosesan ulang sampah rumah tangga tersebut paling tidak akan mengurangi dampak dari global warming yang saat ini sedang menjadi top issue dan mengancam dunia, tak terkecuali Indonesia yang selama ini juga dijuluki sebagai paru-paru dunia, karena kita terletak di khatulistiwa dengan luas hutan hujan tropis terbesar pertama di dunia.

Sebuah pengalaman yang sangat berharga untuk kami sebagai mahasiswa MM-FEUI yang kelak nantinya akan menjadi pimpinan di Perusahaan. Bahwa dengan hal-hal yang kecil tapi dengan kesadaran yang besar maka kita bisa membantu pemerintah dalam menyelesaikan hal kecil tapi punya kontribusi pada keberlangsungan ekosistem yang kita tinggali saat ini, BUMI.

Atau mungkin suatu saat kami menjadi CEO maka pengalaman yang kami dapat semoga akan dapat dimanfaatkan. Sebagai CSR program di perusahaan misalnya. Paling tidak dengan pemrosesan sampah seperti ini kami dapat berkontribusi untuk memberikan lapangan kerja bagi masyarakat di sekitar lokasi pemrosesan sampah tersebut.

Sampah sendiri akan menjadi suatu yang menarik setelah kami melakukan kunjungan ini. Semua yang dihasilkan dampa rumah tangga ini dapat dimanfaatkan. Mulai dari Biomass, Kompos, Tanah, Botol-botol bekas yang dapat dijual kembali, dan Tali plastik.

Menurut saya pribadi sangat menarik apabila cara pemrosesan yang sama kita usulkan kepada pihak rektorat UI, almamater kita tercinta untuk mengatasi masalah sampah yang selama ini menjadi momok khususnya di Kampus UI baru Depok, juga di Kampus UI Salemba karena selama ini khususnya kampus UI Depok sangat banyak ditemui sampah-sampah yang bertebaran. Apalagi selama ini biaya pengelolaan taman dan kebersihan kampus jumlahnya secara nominal sangat besar. Tanpa ada hasil yang signifikan dari jumlah yang dianggarkan dan telah dikeluarkan oleh rektorat. Apabila pemrosesan sampah yang seperti ini kita gunakan di lingkungan Kampus UI maka saya yakin selain Kampus UI juga kelihatan lebih bersih, menekan biaya kebersihan juga menghasilkan suatu pos pendapatan baru yang lumayan jumlahnya. Dari sini pula akan terjalin kerjasama dari alumni FEUI yang juga pemilik Mittran Solusi Sampah, UI, dan junior-juniornya untuk bisa saling berbagi.

Saya pribadi yakin, cara pemrosesan yang seperti ini sangat ramah lingkungan. Karena sangat sedikit sekali menggunakan energy, namun akan menghasilkan energy baru yang lainnya yang dimasa yang akan dating akn mampu menggantikan fungsi batu bara sebagai sumber energy. Yang kami ketahui bahwa salah satu konsumen dari biomass yang diproduksi oleh Mittran Solusi Sampah adalah Indocement, dan sedang dijajaki kemungkinan untuk melakukan kerjasama dengan Indopulp. Karena pada saat kami melakukan kunjungan juga bersamaan dengan perwakilan dari perusahaan tersebut. Hal ini merupakan suatu yang harus kita berikan sambutan yang positif. Karena kita dapat melihat adanya sambutan positif dari industry atas pemrosesan sampah yang menurut saya pribadi sangat tepat guna.

Dibutuhkan tidak hanya keinginan kita bersama yang cukup besar untuk merubah cara dan paradigm kita dalam pengelolaan sampah yang selama ini ada. Tapi harus disertai dengan tindakan nyata. Suatu hal yang sangat tepat apabila sampah dapat digunakan untuk hal-hal yang positif seperti ini bukan hanya menjadi momok yang tak berakhir bagi pemerintah seperti apa yang selama ini dialami oleh Pemda DKI Jakarta dengan masalah TPA Bantar Gebangnya yang tak pernah berakhir. Mungkin tidak akan berakhir seperti ini apa ini apabila dalam pengelolaan sampahnya Pemda DKI, dengan masyarakat di TPST Bojong juga TPA Bantar Gebang.

Merupakan suatu pekerjaan besar untuk kita sebagai kaum-kaum yang bisa dibilang “intelektual” bukan hanya mampu berteori di kampus, tetapi juga menggerakkan masyarakat dan menjadi contoh positif bagi masyarakat di sekitar kita. Juga para pengusaha besar yang sekarang condong untuk based on money atau money oriented.

Semoga berguna yah teman2 sedikit coretan gw ini. Paling gak bisa buka mata kita bahwa harus ada goodwill, dan kemauan keras dari pemerintah khususnya dan kita semua juga. Jangan terus hanya ngarapin pemerintah. Tau sendiri lah yaa… mereka suka gak sensitive sama masalah2 beginian. Maju terus Indonesiaku!!! Better life without Corruption. Lets Say No to Corruptions!!!

Tidak ada komentar: