Jumat, 23 Mei 2008

Venture Capital


Mungkin istilah ini beberapa tahun terakhir bagaikan happening. Venture capital sendiri sebenarnya hanya merupakan istilah. Yang pengertiannya mirip-mirip dengan metode bagi hasil atau mudarabah dan kawan2nya dalam system ekonomi yang berbasiskan syariah. Cuma venture capital itu banyak diterapkan di Negara-negara kapitalis seperti US, karena mereka agak2 alergi dengan bahasa yang berbau Arab, apapun bentuknya. Jadi ceritanya venture capital lah akhirnya namanya dikenal di Negara-negara kapitalis.

Asal muasal venture capital adalah system yang diadaptasi berbasiskan system ekonomi syariah. Alias ekonomi bapak angkat. Dalam venture capital lebih dikenal system profit sharing alias bagi laba (even kadang2 harus bagi rugi juga… ;) ) di Indonesia mungkin kita kenal beberapa perusahaan yang mengadaptasi system ini misalnya PT Bahana Modal Ventura, dan PT. PNM, (mungkin masih ada perusahaan lainnya tapi ini yang gw inget… Sorry guys). Ada beberapa yang bisa gw kasih tau contohnya dua perusahaan ini membuat system seperti incubator bisnis, sasarannya pengusaha muda kecil-menengah. Mungkin untuk sebagian orang di Jakarta (seperti gw juga contohnya…) pasti kita pernah dan bahkan addict banget makan di Sushi Tei… Restoran ini adalah binaan Bahana lho… Harganya sangat terjangkau untuk makanan sekelas Sushi, pokoknya harganya sangat kantong mahasiswa deh… Kalau PNM setau gw adalah mengembangkan industry pertanian di daerah Lembang, entah itu sayur, bunga, buah, dan susu untuk dipasok ke hypermarket2 besar di sekitar Jabodetabek, dan Bandung.

Menurut gw pembangunan ekonomi kerakyatan seharusnya mengadaptasi system yang seperti ini. Orang2 kampus seharusnya turun tangan niey… Gak Cuma sampai mati belajar capital budgeting terus, bikin strategic business plan and development. Turun ke bumi lha… Jangan belajar ngambang terus. Cuma nyantap bukunya Damodaran, atau siapa lagi itu yang tergabung dalam kitab suci ilmu Valuation. Ayo guys… Banyak orang yang butuh kita. Kita kan harus balance, kita kan gak hidup di surga yang semuanya sudah perfect. Kombinasi antara ilmu dan pengalaman membuat semuanya akan napak tanah gak Cuma ilmu yang di awang2. Ternyata kalau sudah masuk ke dunia banyak variabelnya gak hanya sensitivity analisis pake variable x, y, dan z tapi ada variable lain a sampai w. Mungkin ilmu kita masih dikit banget. Kalah lha sama suhu2 kita… Tapi ilmu yang bermanfaat itu lebih besar lho valuenya daripada yang Cuma ngendap di atas thesis atau di laptop dalam folder Investment Valuation. Mungkin dengan ilmu yang terbatas itu justru kita bisa membantu sebagian orang yang tidak seberuntung kita. Kita bisa dengan mudahnya mencapai TPA, GMAT, dan International TOEFL yang angkanya semuanya di atas 550. Taukah kita bahwa ada orang yang sampai mencoba masuk MM FEUI 10 kali sampai saat gw masuk MM FEUI dia belum juga bisa masuk. Sebagian besar kita gw yakin hanya butuh satu kali daftar dan langsung lolos melalui seleksi. Kita yang punya berbagai macam fasilitas, yang punya network yang sangat bagus dengan para CEO terpandang di negeri ini, punya kemampuan akademis dan financially (gw sangat yakin anak2 MM FEUI punya semua ini). Please… pedulilah pada keadaan di sekitar kita. Mungkin di kelas, kita sempat sharing sama Pak Nino (Junino Jahja), dan Pak Anas Lutfi. Sekali lagi dari kuliah ini banyak pelajaran yang bisa kta petik. Bahwa tanpa kita akan kembali terjadi krisis… bukan hanya sampai krisis perekonomian. Tapi bisa sampai krisis hati nurani lho… Gawaaat kalau sampai itu terjadi…

Balik lagi ke venture capital dengan system inkubasi bisnis, maka akan dihasilkan pengusaha-pengusaha yang tangguh. Karena para bapak angkat dengan mudahnya akan memberikan arahan secara manajemen (katanya siey ini yang paling susah), teknis, dan mencarikan jalan untuk memasarkan produknya (didefinisikan sebagai barang atau jasa yah…) saat usahanya mulai bergerak dari introduction stage to growth stage maka mulailah pengusaha dan bapak angkat mulai memanen hasilnya. Hasilnya dibagi sesuai dengan komposisi yang disepakati pada saat akad kerjasama (penandatanganan MOU). Saat pengusaha dinilai mapan, maka kemudian dia harus melakukan pembinaan terhadap infant entrepreneur. Good idea… menumbuhkan kesadaran pengusaha untuk peduli pada pengusaha kecil. Bisa juga kan jadi program CSR nya pengusaha yang udah sukses tadi. Dengan ekonomi kerakyatan, pengusaha yang kecil begini biasanya lebih resistant sama krisis perekonomian seperti yang terjadi di tahun 1998. Karena mereka sangat disiplin dalam hal membayar kredit atau tunggakan kewajiban. Kontras dengan para obligor2 yang sempat aset2nya bertengger di BPPN dengan segala kontroversinya yang ada. Aset2 yang nilainya kecil di parkirkan di BPPN sedangkan yang jumlahnya fantastis di parkir di luar negeri lho… Khususnya di Singapura, surga para obligor tuh… Sebutlah nama2 seperti The Nan King, Syamsul Nursalim, dkk… Mereka dengan sangat mudahnya tiap weekend berkeliaran di Orchard road, yang notabenenya jaraknya hanya puluhan mile dari kawasan territorial Indonesia. Tapi mereka layaknya hidup di surga bergelimpangan harta, kontras dengan sebagian besar masyarakat di Indonesia yang terbebani oleh melonjaknya harga minyak dunia. Karena takut dana yang besar dan terparkir di Singapura itu kemudian harus balik lagi ke Indonesia, sadarkah kita bahwa sampai hari dan detik ini belum juga disepakati mengenai Kesepakatan Ekstradisi antara Indonesia dan Singapura. Entah sampai kapankah lagi perjanjian mengenai kesepakatan ekstradisi akan dieksekusi oleh pemerintah kedua Negara. Ini semua demi kepentingan bangsa lho… Tapi apa yang kita lihat… Sebagian besar anggota dewan yang terhormat di Senayan itu malah lebih sibuk dengan draft RUU pemilu. Seperti kita tau lha… itu terkait dengan kepentingan mereka di Pemilu 2009. Jadi omong kosong lha kalau disebut mengutamakan kepentingan masyarakat diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Layaklah kalau sekarang kita menengok kembali… adakah yang mampu kita lakukan dengan segala apa yang kita miliki tanpa mengharapkan imbalan, untuk memuaskan “nafsu” humanis kita kepada orang2 yang gak seberuntung kita. Mengembangkan permodalan ventura, mengembangkan jiwa entrepreneur, mengembangkan kreativitas dan inovasi, dan akhirnya menjadi pemenang di dalam turbulensi perekonomian dunia saat ini, dan dimasa yang akan datang. Negara ini membutuhkan kita, bertindaklah, jangan hanya terus jadi penonton. Inspirasikanlah pemikiran kita untuk orang lain, berkontribusilah sekecil apapun. Pasti sangat bermanfaat untuk orang lain.

Tidak ada komentar: