Rabu, 09 April 2008

Cuaca Jakarta

Gak tau yaa… Knapa udara ibukota Negara ini sedang aneh-anehnya. Mungkin ini kali yang namanya dampak dari Global Warming. Misalnya aja tiba-tiba beberapa minggu ini suhu udaranya mencapai angka 34-35°C.

Kayak hari ini aja, misalnya yaa… Siangnya tuh suhunya sampai 33°C, sedangkan sorenya hujan sangat deras sampai ada petirnya segala.

Gw siey orang yang happy-happy aja kalau hujan deras, berhubung udaranya jadi gak panas, Cuma masalahnya adalah kalo abis hujan, maka ibukota itu menjadi macet bangeeeeeet… gw pernah lho dari Blok M jam 16.30-an, nyampe rumah hampir jam 22.00 malem. Gila gak tuh… gw udah sampe mati gaya aja tuh di jalan.

Cuaca Jakarta yang pancaroba gini kan bahaya banget. Misalnya aja niey yaa… Gw batuk gak sembuh-sembuh. Gara-gara setiap udah mo sembuh ada yang sakit, gw ketularan lagi. Trus ditambah hobby gw yang suka ngoyo makan es krim, atau minum jus Buavita yang dingin banget. Eh batuk lagi… Yang lainnya adalah demam berdarah dengue (DBB) syukur Alhamdulillah gw belum pernah jadi korbannya, trus Parathypus dan Thypus… Unfortunately gw udah 4 kali kena penyakit ini, ntah apa penyebabnya. Yang pasti lambung gw periiiiiih banget, ditambah mual dan muntah, dengan disertai lemas dan demam yang tinggi. Kalo bisa jangan sakit gini lagi deh…

Heran deh… Cuaca Jakarta yang begini memicu menjadi-jadinya jalanan yang hancur karena genangan air yang selokannya macet. Biasanya siey karena warga kurang paham bahwa kalo selokan mereka tutup, maka akan menggenang di jalan. Atau karena rumah atau warung-warung warga lokasinya lebih tinggi daripada jalan, air gak disalurkan ke drainase, kemudian akan menggenang di jalan, lama-kelamaan kan aspalnya lepas juga karena gak kuat nahan air. Kalau menurut gw yaa… Yang harusnya dibenahi terlebih dahulu adalah drainasenya atau saluran air di pinggir-pinggur jalan. Di keruk setiap musim kemarau, supaya gak ada pendangkalan, trus jalannya di beton. Tingginya harus lebih tinggi dari rumah warga sekitar, atau ditinggikan paling gak 40-50 cm jadi gak ada lagi air yang ngegenang di jalan. Kasian kan kalau jalannya kotor dan rusak, maka waktu tempuh perjalanan menjadi lebih lama, gak aman juga karena seringkali kubangan yang ada di jalan menyebabkan pengguna kendaraan roda dua banyak yang terjerembab di kubangan tersebut, selain itu bisa-bisa bahkan mengakibatkan korban jiwa.

Udara yang panas juga cendrung untuk menyebabkan banyak terjadinya kebakaran. Khususnya di wilayah pemukiman padat penduduk. Selain itu juga memicu kebakaran hutan. Misalnya di Kalimantan misalnya di Kalimantan Selatan, wilayah Pleihari (Kabupaten Pulau Laut) yang paling sering jadi korban kebakaran hutan, selain itu ada juga wilayah Gambut, dan Landasan Ulin. Sepengatahun gw yaa… Daerah-daerah tersebut seringkali kebakaran hutannya susah dikendalikan karena di lokasi tersebut tedapat cadangan batubara dengan kalori yang sangat tinggi. Salah satu yang jadi korban kebakaran hutan adalah tanah asset keluarga gw yang lokasinya di Bintuk, dai Martapura itu kea rah Pleihari. Pernah sama bokap lokasi itu coba digunakan untuk nanam salak, kelapa sawit, tapi selalu gagal gara-gara selain karena kebakaran hutan, tapi juga karena banyak banget babi hutan yang berkeliaran. ;)

Pokoknya dengan cuaca Jakarta yang seringkali ekstrim membuat kita sebenarnya harus semakin sadar kalo kita harus bisa menjaga lingkungan. Kalo gak pengen udara di bumi terus memanas.

Tidak ada komentar: