Jumat, 13 November 2009

It has been 2 years…

Yes, it has been 2 years. Since I decided to stop and cut it. A difficult decision, but I thought I have to decide it.

Apalagi setelah belakangan si Mas Anang nyiptain Separuh Jiwaku Pergi. Mungkin itu kali yang saat itu aku rasain. Ditengah tumpukan persoalan, ditengah tumpukan kewajiban, ditengah kebingungan dan kebimbangan. Aku dengan setengah kesadaran, terpaksa memutuskan semuanya. Beraaat pasti… Saat itu yang aku harapkan darinya hanya partner, partner yang mensupportku menghadapi semua. Deadline thesis, cawu terakhir di MM, tumpukan tugas kuliah, mentoring, pekerjaan yang segera harus aku ambil alih full karena balik lagi ke kantor. Jujur, aku sempat kayak kehilangan pegangan. Aku kaya hidup tanpa jiwa, semua aku lakukan hanya karena keharusan akan kewajiban. Aku jadi lebih banyak waktu sendiri, menyendiri tepatnya. Menarik diri dari segalanya. Berubah mungkin saat itu orang2 yang ketemu aku sehari2 berpikir, menurutku menjadi banyak melakukan tindakan2 tak logis. Sampai di satu saat, aku harus merasa beruntung banget.. saat aku tiba2 seperti ada yang ngarahin untuk ke Yayasan Sayap Ibu Bintaro, yups.. benar sebuah panti asuhan. Tapi panti asuhan ini menampung anak2 spesial… maksudku anak2 yatim piatu dengan cacat. Huhuhu,, gak terasa, air mataku membanjiri wajahku. “Hey look at you. You’re almost perfect woman. Almost has everything. So why you never to thankful for all.” Sediiih.. sediiih.. ngeliat adek2 yang cacat, mulai dari hydrocephalus, sampe yang lahir tak sempurna.

“Yaa Allah, lindungilah mereka, berikan kebahagian, dan limpahkan kepada mereka kasih sayangMu, dan limpahkan kesabaran kepada para perawat mereka yang selalu sabar, penuh kasih sayang menjaga dan mengurus mereka. Amiiieeen Yaa Allah.. Amiiieeen Allahumma Amiiien.”

Melihat mereka, membuat aku sadar, bahwa aku adalah orang yang jauh lebih beruntung. Aku punya keluarga, sahabat, teman2, pekerjaan, hobi yang membuatku lebih beruntung dari mereka. Dan syukurnya Allah dan semua yang mencintaiku gak pernah meninggalkanku. Walaupun aku sering keras kepala. Maafkan aku yah..

Inilah saatnya untuk aku, bangkit, mulai menata hidupku, nyelesain thesis yang terbengkalai gara2 semua yang terjadi. Lebih focus sama kuliahku, mulai membuka diri juga. Bergaul dengan siapapun. Memperbanyak teman, memperkaya diri dengan melihat sesuatu bukan hanya dari sisi yang negative, tapi juga mengambil sisi positif yang terjadi. Teralu sempit memandang hidup membuat kita kadang lupa bahwa sebenarnya kita adalah orang yang beruntung. Jauuuh lebih beruntung dari banyak orang di luar sana, orang-orang yang tepaksa tidur beratapkan langit, berselimutkan kardus bekas, atau orang yang terpaksa gak makan berhari2, atau orang yang untuk mendapatkan selembar uang 10.000 rupiah aja harus berjalan puluhan kilo, padahal untuk aku selembar uang itu hanya untuk membeli selembar karcis KRL AC yang kadang sama sekali gak pernah aku pikirin manfaatnya untuk orang lain. Misalnya manfaat uang 10.000 itu bisa untuk beli setengah kilo telur untuk makan, supaya gak jadi kekurangan gizi. Yaa Allah, maafkan aku yang kadangkala gak bersyukur atas nikmatmu ini.

Yes, it has been 2 years. Teralu banyak yang sudah aku lalui tanpanya. Semuanya lengkap, semuanya memperkaya batinku. Membuatku lebih mengerti, inilah sebenarnya hidup. Hidup uang penuh dengan realita. Semua yang terjadi Insya Allah telah membuatku menjadi lebih tough dari sebelumnya. Satu hal penting yang aku petik dari semua yang terjadi ini. Hubungan kita membaik. Aku merasa yasudahlah, semua sudah terjadi. Aku hanya ingin memaknai hidupku. Aku sudah memaafkannya atas semua yang terjadi. Tapi hubungan kita gak akan mungkin seperti dulu lagi. Sekarang hanya teman, teman tanpa embel2 baik. TEMAN. Seperti layaknya teman, aku siih gak teralu banyak cerita apa yang terjadi selama dua tahun ini. Dan menurutku bukan porsinya dia untuk aku cerita apa yang terjadi. Saat ini, yang ada dipikiranku adalah hubungan kita hanya teman, gak lebih gak kurang. Apapun yang aku lakukan adalah karena aku ingin dia mengerti, bahwa walaupun dia telah menyakitiku, aku benar2 tulus memaafkannya. Berusaha jadi teman yang baik. Berusaha mendukungnya untuk berubah, dan terus berdoa, dan meyakinkannya bahwa Allah telah menggariskan semuanya, dan termasuk menggariskan semua ini termasuk yang harus terjadi pada hubungan kami. Aku mulai merasa dia banyak berubah. Semoga ini bukan hanya perubahan yang sesaat. Jadi jauh lebih sabar, lebih nice siih. Alhamdulillah, kamu udah banyak perubahan positif.

Selama dua tahun ini, aku mencoba mengubah diriku. Mengubah diriku menjadi orang yang lebih baik. Menjalani hidup apa adanya. Menjadi sahabat yang baik untuk banyak orang. Memberikan sebagian waktuku untuk orang2 yang aku cintai. Dua tahun, membuatku merasa bagai berada di comfort zone. Seringkali aku menghabiskan waktu untuk diriku sendiri, melakukan hobi2ku, atau ketemu dan berkumpul dengan teman2 dan sahabat2 terbaikku. Walaupun hanya untuk berbagai pembicaraan ringan, tapi bersama mereka membuatku mengerti, bahwa hidup dengan teman2 dan sahabat terbaik membuat kita hidup dengan penuh kekayaan. Kaya akan tawa, kebahagian, keceriaan, waktu, dan kaya akan perasaan cinta.

Aku yakin selama dua tahun ini, baik aku maupun kamu mencoba memahami semua yang terjadi. Mencoba memperbaiki diri. Aku terus berdoa baik aku maupun kamu terus diberikan kebahagiaan. Terima kasih atas perjalanan kita dulu selama sekitar dua tahun itu. Semua yang kita lalui bersama, semua kebahagian, keceriaan, kesedihan, masalah, yang memperkaya masing2 diri kita. Semuanya, aku berharap hanya jadi kenangan untuk aku dan kamu. Kenangan yang mungkin menjadi guru buat kita untuk memperbaiki diri pada hubungan kita selanjutnya. Sebuah titik untuk memperbaiki diri dan merefleksikan diri. Aku berdoa, semoga semua yang akan kita jalani di depan akan lebih indah, lebih baik dan lebih memberikan banyak kebahagian untuk kita.

Semoga semua akan terus begini. Sebuah hubungan pertemanan.

Tidak ada komentar: